Kesalahan Dalam Membangun Brand Positioning by Hermawan Kertajaya



Dalam dunia bisnis sering kali kita mendengar istilah “Posisi menentukan prestasi”. Kalimat ini memang sangat tepat, apalagi ketika membicarakan keberadaan brand produk sebuah perusahaan di mata para konsumennya.

Membangun brand positioning atau posisi sebuah brand produk dalam benak para pelanggan memang tidaklah mudah. Para pelaku usaha maupun pelaku pasar bahkan harus melakukan berbagai macam strategi pemasaran untuk mendapatkan posisi terbaik di hati para pelanggannya. Hal ini sangatlah penting, mengingat positioning menjadi gerbang awal bagi para pengusaha untuk meyakinkan calon pelanggan dan membangun loyalitas konsumen sebelum akhirnya mereka membeli produk yang Anda tawarkan.

Meskipun begitu, sampai hari ini masih banyak pelaku usaha maupun pelaku pasar yang mengalami kegagalan dalam melakukan strategi brand positioning. Kondisi seperti inilah yang membuat produk atau jasa mereka cepat dilupakan para konsumen, sehingga perkembangan bisnis mereka belum bisa maksimal dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami gulung tikar sebelum mencapai puncak kesuksesan.
Untuk menghindari kemungkinan buruk tersebut, pada kesempatan kali ini akan kami informasikan empat kesalahan dalam membangun brand positioning yang sering dilakukan para pelaku usaha.

Pertama, under positioning. Kesalahan pertama yang sering dilakukan para pelaku usaha yaitu, kurang tepat dalam menonjolkan keunggulan produk mereka. Terkadang keunggulan produk yang ditawarkan bukanlah hal yang istimewa lagi bagi konsumen, sehingga sasaran pasar yang dibidik kurang berminat dengan produk tersebut dan pastinya brand produk yang sedang dibangun kurang berkesan di benak para konsumen. Contohnya saja seperti strategi yang dijalankan restoran cepat saji CFC “Bukan Cuma Ayam” yang ternyata kurang berhasil menarik minat konsumen, karena dalam benak konsumen yang tertanam kuat adalah brand KFC yang gerainya telah tersebar di berbagai belahan dunia.

Kedua, over positioning. Berbanding terbalik dengan kesalahan yang pertama, yang dimaksudkan dengan over positioning adalah menanamkan brand produk terlalu tinggi di dalam benak konsumen, sehingga mereka beranggapan bahwa harga jual yang ditawarkan pastinya kurang terjangkau semua kalangan.

Ketiga, confused positioning. Kesalahan yang ketiga yaitu membuat pelanggan bingung dengan citra brand yang terlalu banyak klaim ataupun adanya perubahan brand produk yang terlalu sering. Contohnya saja seperti strategi pemasaran produk keripik pedas maicih yang sekarang ini pecah menjadi dua kubu dan sama-sama mengusung nama maicih namun menggunakan gambar atau logo yang berbeda. Strategi seperti ini ternyata kurang efektif, karena hanya akan membuat pelanggan bingung dan lambat laun kepercayaan mereka bisa menurun.

Keempat, doubtful positioning. Dalam kasus ini konsumen sulit untuk mempercayai klaim sebuah brand, kaitannya dengan fitur suatu produk, harga atau manufakturnya. Contohnya saja seperti strategi pemasaran sebuah perusahaan yang mengklaim produknya memiliki kualitas paling bagus, biasanya malah diragukan para konsumen karena mereka takut hanya termakan promosi.

Dengan memperhatikan empat kesalahan diatas, diharapkan para pengusaha maupun pelaku pasar di Indonesia bisa mengoptimalkan strategi pemasaran yang digunakan untuk memperkuat brand positioning yang sedang dikembangkan. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.

Sumber : http://jakarta-management.blogspot.com/2012/08/kesalahan-dalam-membangun-brand.html

Kevin Keller – Apa Itu Merek? Kenapa Merek Itu Penting?

 
www.marketing.co.id – Kata “brand” berasal dari kata kuno “brandr” yang berarti “menyala”. “Brand” masih merupakan sarana supaya pemilik/owner bisa dikenali oleh pihak lain. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, sebuah brand atau merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semua itu yang dapat digunakan untuk mengenali produk dan service dari penjual, dan untuk membedakan produk atau service tersebut dari yang lain.

Sebuah brand mencerminkan suatu produk, tetapi juga mempunyai dimensi lain yang mampu membedakannya dari produk yang lain dan didesain untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa jadi rasional dan nyata, atau lebih simbolik, emosional, atau tidak berwujud. Oleh karenanya, sebuah produk yang branded atau bermerek bisa jadi adalah berupa produk fisik atau berbentuk fisik.
Peranan brand bagi konsumen

Brand bisa memberikan makna tersendiri bagi konsumen. Konsumen bisa merasakan suatu brand dari pengalaman menggunakannya dan program-program pemasaran yang diberikan produk tersebut selama bertahun-tahun. Mereka bisa tahu brand mana yang dapat memenuhi kebutuhannya dan mana yang tidak. Sebagai akibatnya, brand bisa sangat memengaruhi keputusan untuk membeli.

Jika konsumen sudah mengenali suatu brand dan mempunyai pengetahuan atau pengalaman akan brand ini, mereka tidak perlu banyak berpikir lagi untuk memutuskan membeli produk tersebut. Dari sudut pandang ekonomi, brand bisa mengurangi kerepotan dalam memilih produk, baik secara internal (dalam arti seberapa banyak mereka harus berpikir) dan secara eksternal (dalam arti seberapa banyak mereka harus berkeliling mencari). Berdasarkan apa yang sudah diketahui akan suatu brand (kualitas, karakteristik, dan lain-lain), konsumen bisa membuat asumsi tentang apa saja yang mungkin belum mereka ketahui tentang brand tersebut.

Makna yang terkandung dari sebuah brand bisa jadi sangat dalam. Hubungan antara brand dengan konsumen bisa menjadi suatu ikatan tersendiri. Konsumen bisa percaya dan setia pada produk yang mereka yakini dapat memberikan benefit yang konsisten. Selama konsumen merasa puas menggunakan suatu produk dan menyadari akan kegunaan serta benefit yang bisa diberikan oleh produk tersebut, maka mereka akan terus membelinya. Benefit yang diberikan mungkin tidak sepenuhnya menyangkut fungsi dari produk tersebut. Brand tertentu bisa diasosiasikan dengan berbagai tipe orang tertentu dan dengan demikian turut mencerminkan value atau ciri tertentu. Dengan memakai produk tersebut, konsumen bisa mendapatkan sarana untuk berkomunikasi dengan yang lain atau bahkan dengan dirinya sendiri. Mereka bisa menjadi seseorang yang mereka inginkan.

Singkatnya, bagi konsumen, makna khusus yang terkandung dalam sebuah brand mampu mengubah persepsi dan pengalaman mereka dalam menggunakan produk tersebut. Produk lain yang sama mungkin bisa dinilai secara berbeda oleh konsumen, tergantung dari identitas yang diusung dan atribut-atribut yang dimiliki oleh brand. Brand bisa memberikan makna yang unik dan personal bagi konsumen yang mampu memfasilitasi kehidupan mereka sehari-hari dan memperkaya kehidupannya.

Peranan brand bagi perusahaan

Secara operasional, suatu brand bisa berguna dalam mengelola catatan inventori, akunting, dan lain-lain. Sebuah brand juga bisa memberikan proteksi hukum terhadap segala fitur dan aspek dari produk tersebut. Suatu brand bisa memberikan suatu aset intelektual atau hak kepemilikan, serta memberikan perlindungan hukum kepada pemilik brand.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, investasi untuk brand bisa membuat produk menjadi unik dan mempunyai value tersendiri, yang dapat membedakannya dengan produk lain. Brand bisa mencerminkan tingkatan kualitas tertentu, sehingga konsumen yang puas bisa memilih kembali produk tersebut.
Singkatnya, bagi perusahaan, brand bisa memberikan kita suatu aset hak kepemilikan yang sah secara hukum, yang mampu memengaruhi perilaku konsumen, bisa dibeli dan dijual, dan bisa memberikan revenue masa depan yang stabil bagi pemiliknya. Karena alasan-alasan ini, mereka berani membayar mahal untuk brand yang sudah established dalam merger maupun akuisisi perusahaan.

Aktivitas branding

Oleh karena itu, menamai suatu produk adalah sangat penting agar dapat mengedukasi konsumen tentang “siapa” atau apa identitas dari produk tersebut. Selain itu, penting juga supaya konsumen bisa memahami apa kegunaan dari produk atau service tersebut, dan mengapa mereka harus membelinya. Dengan kata lain, untuk menamai suatu produk atau service, kita harus memberikan suatu ciri khas pada produk. Juga supaya konsumen bisa mengerti apa arti dari brand tersebut bagi mereka, mengapa produk ini spesial, dan berbeda dengan brand/produk yang lain. Aktivitas branding oleh karenanya mencakup menciptakan suatu kerangka berpikir agar konsumen bisa memahami produk, membantu mereka dalam membuat keputusan, dan produk tersebut bisa memberikan value bagi perusahaan. 

Sumber: http://www.marketing.co.id/kevin-keller-apa-itu-merek-kenapa-merek-itu-penting-1/

Tips Melakukan Branding dalam Bisnis

Sumber:  www.ciputraentrepreneurship.com 
 
Bagi seorang pelaku usaha, membangun sebuah reputasi dan menjaga nama baik tentunya menjadi salah satu kewajiban utama mereka untuk mendukung kelancaran pemasaran bisnisnya. Melalui strategi personal branding, seorang pelaku usaha dapat membangun citra (image) dan identitas diri tertentu untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki persepsi dan pandangan yang positif terhadap karakter, kepribadian, kemampuan, penampilan, maupun penawaran yang disampaikan.


Apabila brand image yang dimiliki pelaku usaha sudah cukup kuat, maka konsumen pun akan lebih percaya dengan kemampuan bisnis yang dijalankannya dan tidak ragu lagi untuk membeli produk atau jasa yang mereka tawarkan. Karena itu, untuk membantu Anda meyakinkan para konsumen. Berikut adalah beberapa strategi pemasaran yang bisa Anda lakukan untuk membangun personal branding dari sekarang.

Mulailah dengan menonjolkan kelebihan yang Anda miliki

Untuk memancing rasa penasaran para pelanggan, tentunya Anda harus menonjolkan kelebihan dan kekuatan yang Anda miliki. Jadilah orang yang ahli di suatu bidang yang benar-benar Anda minati, dan yakinkan para pelanggan Anda bahwa nilai lebih yang tersimpan dalam diri Anda tidak dimiliki oleh orang lain di sekitar Anda.

Kenali minat, bakat, keahlian, kemampuan, serta keunggulan Anda dari sekarang, dan teruslah mengasahnya untuk memperkuat personal branding yang sedang Anda rintis. Misalnya saja seperti kesuksesan Hermawan Kartajaya yang berhasil membangun personal branding dengan baik, sehingga sekarang ini dinobatkan sebagai pakar pemasaran di kancah internasional dan menjadi salah satu 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing. 

Selalu aktif mempromosikan diri Anda

Selain membangun kekuatan untuk menonjolkan nilai lebih yang Anda miliki, strategi berikutnya yang bisa dijalankan yaitu selalu aktif dalam mempromosikan diri Anda. Contohnya saja dengan rutin membuat artikel di blog perusahaan Anda, mengisi kolom konsultasi di majalah bisnis dan lain sebagainya, membuat buku mengenai keahlian yang Anda miliki, mempromosikan kemampuan Anda melalui sosial media, mulai aktif menjadi nara sumber di berbagai macam kegiatan seminar maupun workshop, memperluas jaringan bisnis baik secara online maupun offline, memanfaatkan tanda pengenal seperti KTP, kartu nama, papan nama, foto dan lain sebagainya agar orang-orang di sekitar Anda mulai familiar dengan figur Anda.

Ciptakan sesuatu yang berbeda

Sesuatu yang unik tentunya akan lebih mudah diingat oleh setiap orang. Karena itu, ciptakan ciri khas tertentu atau sebuah keunikan baru yang membedakan diri Anda dengan orang lain maupun para kompetitor Anda. Hal ini penting, sebab sesuatu yang berbeda pastinya akan menarik perhatian konsumen sehingga mereka tidak sungkan-sungkan untuk mencari banyak informasi mengenai bisnis yang Anda jalankan maupun produk dan jasa yang Anda tawarkan. Contoh sederhana bisa Anda lihat dari kepopuleran istilah Salam Super yang sengaja digunakan Mario Teguh untuk memperkuat personal branding yang Ia bangun.

Tingkatkan kualitas bukan hanya memikirkan keuntungan

Untuk bisa mengambil hati para konsumen, yang terpenting adalah menjaga kualitas dan berusaha meningkatkan pengetahuan serta kemampuan Anda untuk memenuhi permintaan para konsumen. Hal ini perlu diperhatikan agar kepercayaan konsumen semakin terjaga dan tidak menganggap Anda sebagai seorang pelaku usaha yang bekerja secara profesional hanya berdasarkan besarnya keuntungan yang dijanjikan. (bn/dari berbagai sumber)

Tips Membangun Brand Ala Hermawan Kertajaya


“Adakah perusahaan, yang ketika dia tutup dan produknya sudah tidak keluar, konsumen akan sedih?” itu pertanyaan Hermawan kertadjaya. Jika Anda menemukan jawabannya, itulah produk pemilik brand (merk) yang sangat kuat. Menciptakannya, tentu saja tidak cukup hanya dengan beriklan. Baik itu di media cetak (printing ad), iklan luar ruang (outdoor), maupun iklan-iklan model baru.

Membangun brand yang kuat perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.

Perusahaan yang memiliki reputasi bagus tidak lagi memerlukan promosi, marketing, public relation, atau corporate social responsibility (CSR) karena hal itu telah terjadi dengan sendirinya. Cara baru membangun brand adalah dengan membentuk bisnis yang dicintai oleh oleh konsumen juga karyawan perusahaan.

Hal ini terkait reputasi. Bagi customer, reputasi yang baik akan menentukan keputusan membeli. Bagi karyawan perusahaan, nama baik akan memicu mereka untuk loyal dan berkomitmen. Selain itu, nama baik juga akan menarik media untuk terus mengikuti perkembangan.


contoh dari reputasi yang baik ini adalah The Body Shop dan Apple. The Body Shop, dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan sehingga bisa mengambil simpati konsumen di seluruh dunia. Selain itu, Anita Roddick, pencipta merek tersebut, dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup dan bisnisnya juga sangat concern terhadap perekonomian dunia ketiga.
 


Sedangkan produk-produk Apple dikenal memiliki reputasi tersendiri dibanding produk elektronik sejenis. Bahkan saat ini, perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs itu telah menjual jutaan keping produknya dan menciptakan konsumen yang loyal.

Dalam membangun brand yang kuat, harus dimulai dengan menyinergikan pikiran, hati, dan jiwa, yang lantas diimplikasikan kepada model bisnis dengan menciptakan misi, visi, dan nilai. Misinya, perusahaan bisa memberi manfaat kepada manusia dan lingkungan. Visinya, perusahaan bisa menjadi yang terdepan dalam menciptakan inovasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan nilainya adalah menciptakan nilai keekonomian, lingkungan yang sehat, dan mendukung perkembangan sosial.

Menurutnya, perusahaan perlu melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan diri bagi orang-orang yang mencintai perusahaan. Akhirnya, perusahaan akan mampu menciptakan brand-nya akan mempunyai brand integrity, brand identity, dan brand image.

Sumber:  http://brandingbisnis.blogspot.com/2012/04/tips-membangun-brand-ala-hermawan.html

Kiat Membangun Brand Yang Kuat Ala Hermawan Kartajaya

Untuk membangun brand yang kuat perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang
19 September 2007 

Hermawan Kartajaya kembali membagi ide segar seputar dunia marketing. Inspirasi dari suhu marketing modern Philip Kotler itu dibagikan kepada peserta seminar MarkPlus di Surabaya, Senin (17/9) malam:
“Adakah perusahaan, yang ketika dia tutup dan produknya sudah tidak keluar, konsumen akan sedih?” pancing Hermawan Kartajaya memancing antusiasme peserta seminar.

Susah kan menyebutkan produk tersebut? Jika Anda menemukan jawaban atas pancingan Hermawan tadi, pastilah produk tersebut memiliki brand (merek) yang sangat kuat. Menciptakannya, tentu saja tidak cukup hanya dengan beriklan. Baik itu di media cetak (printing ad), iklan luar ruang (outdoor), maupun iklan-iklan model baru.

Hermawan yang juga founder dan President MarkPlus itu mengatakan untuk membangun brand yang kuat perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.

Menurut Asian Marketing Guru itu, perusahaan yang memiliki reputasi bagus tidak lagi memerlukan promosi, marketing, public relation, atau corporate social responsibility (CSR) karena hal itu telah terjadi dengan sendirinya.

“Cara baru membangun brand adalah dengan membentuk bisnis yang dicintai oleh karyawan perusahaan, masyarakat, dan investor,” ungkapnya.

Menurut Hermawan hal tersebut terkait reputasi. Bagi customer, reputasi yang baik akan menentukan keputusan membeli. Bagi karyawan perusahaan, nama baik akan memicu mereka untuk loyal dan berkomitmen. Reputasi juga bisa mengundang investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu, nama baik juga akan menarik media untuk terus mengikuti perkembangan.

“Reputasi yang baik akan mendorong analis keuangan memberikan peringkat yang tinggi,” ujarnya.
Beberapa brand yang mampu meraih itu semua adalah The Body Shop dan produk Apple seperti IPod dan ITunes. The Body Shop, merek produk perawatan tubuh itu dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan sehingga bisa mengambil simpati konsumen di seluruh dunia. Selain itu, Anita Roddick, pencipta merek tersebut, dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup dan bisnisnya juga sangat concern terhadap perekonomian dunia ketiga.

Sedangkan produk-produk Apple dikenal memiliki reputasi tersendiri dibanding produk elektronik sejenis. Bahkan saat ini, perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs itu telah menjual jutaan keping produknya dan menciptakan konsumen yang loyal.

Dalam membangun brand yang kuat, kata Hermawan, harus dimulai dengan menyinergikan pikiran, hati, dan jiwa, yang lantas diimplikasikan kepada model bisnis dengan menciptakan misi, visi, dan nilai. Misinya, perusahaan bisa memberi manfaat kepada manusia dan lingkungan. Visinya, perusahaan bisa menjadi yang terdepan dalam menciptakan inovasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan nilainya adalah menciptakan nilai keekonomian, lingkungan yang sehat, dan mendukung perkembangan sosial.

Menurutnya, perusahaan perlu melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan diri bagi orang-orang yang mencintai perusahaan. “Akhirnya, perusahaan akan mampu menciptakan brand-nya akan mempunyai brand integrity, brand identity, dan brand image,” katanya.

Sumber: http://bisnisukm.com/kiat-membangun-brand-yang-kuat-ala-hermawan-kartajaya.html

Brand (Merek) Produk Tidak Ada Gunanya Tanpa Karakter !



(Ditulis oleh: Hermawan Kartajaya) — Di masa depan, semua orang akan menjadi terkenal dalam 15 menit. Demikian yang diprediksikan oleh Andy Warhol pada tahun 1968 lewat ungkapannya 15 menit yang terkenal : Brand Tidak Ada Gunanya Tanpa Karakter !

Di era New Wave seperti sekarang, tentunya prediksi artis legendaris tersebut sudah kurang lebih menjadi kenyataan. Di jaman yang serba canggih dan saling terhubung seperti sekarang, setiap orang bisa mencapai ketenaran (asal mau) dengan serba instan. Dengan adanya YouTube, Facebook, Flickr, dan lain sebagainya, sangat mudah bagi orang untuk menjadi terkenal. 

Dan sudah banyak contohnya. Bisa Anda lihat sendiri di sebuah masukan dari Wikipedia mengenai daftar fenomena internet, mulai dari Honglaowai (orang Amerika yang suka menyanyikan lagu komunis dengan bahasa Cina) sampai Judson Laipply (dengan Evolution of Dance-nya).

Seiring dengan perkembangan jaman, selama empat dekade ungkapan 15 menit dari Andy Warhol memang terus direvisi oleh banyak orang. Momus, seorang artis dari Skotlandia, pernah mengatakan di tahun 1991 bahwa di masa depan, semua orang bisa terkenal setidaknya di hadapan 15 orang. Ungkapan ini kini dikembangkan lagi oleh banyak orang, terutama para aktivis di dunia Web 2.0, yang mengatakan dengan internet, setidaknya jika Anda tidak berhasil untuk mencapai ketenaran selama 15 menit, Anda dapat terkenal di hadapan 15 orang.

Dalam konteks pop marketing, kami tertarik dengan apa yang dikatakan oleh majalah Rolling Stone di dalam editors note-nya barusan ini, bahwa dunia digital saat ini semakin membunuh merek band (brand) yang superstar. Sebagaimana yang dikatakan di sana Nama besar tidak penting. Lagu adalah kunci utama.
Menurut kami sendiri, perubahan dari analog ke digital di industri musik, tentunya telah merubah banyak hal baik di sisi supply dan di sisi demand. Proses produksi musik jadi lebih mudah, dan untuk mengkonsumsi produk musik pun juga tentunya menjadi lebih gampang. Dan semua itu terjadi karena semakin banyaknya konektor di dunia offline dan online, yang sifatnya eksperiensial, mobile, dan sosial, yang ada di mana-mana, here, there, and everywhere.

Di era New Wave seperti sekarang, ketenaran bisa didapati secara instan. Evan Brimob contohnya bisa mendadak terkenal dalam hitungan menit. Dan bisa mendadak terkenal di hadapan masyarakat umum sampai presiden.

Dunia New Wave sarat dengan orang amatir yang tampil. Dengan adanya konektor, orang-orang yang amatir pun bisa membuat sesuatu, memasarkan sesuatu, dan menjadi tenar. Ketenaran bisa cepat didapati, bisa cepat pula meredup. Orang bisa terkenal dalam sehari di internet, dan nyaris tak terdengar lagi di hari kedua. Makanya untuk menjadi tenar secara sustainable, harus ada karakter yang konsisten dan memiliki nilai otentisitas.

Di era New Wave, yang menjadi penting bukan lagi brand-building, tapi character-building. Tugas pemasar adalah membangun dan menjaga karakter sesungguhnya dari brand. Dalam hal ini, yang menjadi penting adalah bagaimana membangun sebuah karakter yang baik dan manusiawi agar dapat diterima lebih mudah di tengah komunitasnya.

Kami tertarik dengan apa yang dikatakan Josephson Institute yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada enam dasar karakter yang baik dari seorang manusia; truthfulness, respect, responsibility, fairness, care, dan citizenship. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa pemasaran, artinya pembangunan karakter yang dilakukan oleh pemasar di era New Wave harus berlandaskan nilai-nilai yang terkait dengan kejujuran, saling menghormati, tanggung-jawab, prinsip keadilan, peduli satu sama lain, dan jiwa merakyat yang horisontal. Tanpa karakter seperti ini, brand di era New Wave akan kosong melompong. A brand, without character, is nothing.


Sumber: http://otomotif.kompas.com/read/2009/11/10/08440591/direktori.html